I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan
suatu usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk insan yang seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas,
terampil, serta sehat jasmani rohani.
Pendidikan merupakan suatu usaha atau
aktivitas untuk membentuk manusia-manusia cerdas dalam berbagai aspek baik
intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian
dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia, yang nantinya diharapkan mampu
mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan
masyarakatnya.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional yang disebutkan bahwasanya :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara[1]
Sistem pendidikan nasional menghendaki agar peserta didik dapat aktif dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan potensi dirinya, tentu tidak
dapat diwujudkan apabila dalam pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih
menggunakan pendekatan lama (pendekatan konvensional). Oleh karena itu, pendekatan lama harus
ditinggalkan, dan diganti dengan pendekatan baru yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
Paradigma pembelajaran harus diubah dari paradigma mengajar ke paradigma
belajar. Peranan guru dalam proses
pembelajaran juga harus diubah dari pengajar menjadi mediator, motivator,
konselor, pembimbing,fasilitator, dan evaluator[2].
Dalam pembelajaran untuk mencapai kualitas pengajaran
yang bermutu, mata pelajaran harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat
dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi yang tepat pula. Dalam
hal ini, pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan suatu
proses pembelajaran maupun untuk pengembangannya.
Mengingat bahwa semua metode yang ada mempunyai
keunggulan dan kekurangan untuk diterapkan. Maka pemilihan Metode yang paling
tepat dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran,
dengan metode pembelajaran yang ada pada
penerapanya di kelas siswa dapat belajar secara individual maupun belajar
bersama secara bersama-sama dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa
dapat aktiv, kreatif dan berinovatif.
Salah satu metode belajar yang dapat menunjang kondisi
tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Bern dan Erickson mengemukakan bahwa
“Pembelajaran cooperative learning
merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan
menggunakan kelompok kecil dimana siswa
bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran, pada sistem ini guru bertindak
sebagai fasilitator”[3].
Pada pembelajaran kooperatif
ini pengajaran pada prosesnya memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur dan
pada sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Salah satu tipe pembelajaran cooperative learning adalah tipe "Snowball Throwing". Pembelajaran "Snowball Throwing" merupakan salah satu metode
pembelajaran untuk penyampaian informasi, sehingga siswa menjadi lebih aktif,
kreatif, inovatif serta kritis.
SMA Negeri 01 Makassar merupakan sekolah yang dijadikan peneliti
sebagai lokasi penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti
melaksanakan observasi terlebih dahulu. Observasi pertama kali dilakukan
melalui pengamatan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui
observasi diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 01
Makassar masih terdapat beberapa permasalahan yaitu
pemilihan metode yang kurang bervariasi, pembelajaran di kelas belum sepenuhnya
melibatkan siswa, sebagian besar kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh
guru, siswa cenderung melakukan aktivitas diluar kegiatan pembelajaran, bahkan
ada siswa yang hanya duduk diam dengan keadaan mengantuk. Masalah tersebut
menghambat proses pembelajaran yang berlangsung tentunya akan berimplikasi pada
Hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti dan guru
bidang studi sepakat untuk mencoba metode baru yang dapat menarik siswa dan
mampu meningkatkan keaktifan siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat
meningkat pula. Solusi yang dipilih yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe “Snowballl Throwing”.
Adanya permasalahan yang di hadapi siswa dan adanya
keinginan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta keinginan peneliti
untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran "Snowball Throwing" terhadap siswa SMA Negeri 01
Makassar dimulailah penelitian
dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Cooperatif
Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Bidang Study
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 01 Makassar ".
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latarbelakang dan
batasan masalah di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah yang terkait
dengan penelitian ini. Yakni :
1. Bagaimana gambaran model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe "Snowball
Throwing " di SMK Sawerigading
Makassar?
2. Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe "Snowball Throwing " dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada bidang study Pendidikan Agama Islam di SMK Sawerigading Makassar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menyangkut tujuan
dan kegunaan penelitian ini penulis dapat membagi dan menguraikannya sebagai
berikut:
1.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengkaji gambaran model pembelajaran Cooperatif
Learning Tipe "Snowball
Throwing " di SMK Sawerigading
Makassar.
b.
Untuk mengkaji hasil penerapan model
pembelajaran Cooperatif Learning Tipe "Snowball
Throwing " dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang study
Pendidikan Agama Islam di SMK Sawerigading .
2.
Kegunaan
penelitian
Adapun kegunaan/ manfaat dari penelitian ini adalah:
a.
Manfaat
Ilmiah
1)
Menambah
Informasi bagi penyelenggaraan pendidikan dan dapat berguna bagi kelancaran
proses belajar mengajar.
2)
Sebagai salah satu bahan
bacaan bagi mahasiswa Fakultas Manajemen Pendidikan Islam.
b.
Manfaat
Praktis
1)
Manfaat
bagi sekolah yaitu Meningkatnya prestasi sekolah dan Meningkatnya kompetensi
guru dalam mengelola pembelajaran.
2)
Manfaat
bagi guru
Bagi
guru, dapat memanfaatkan model pembelajaran ”Snowball Throwing” ini dengan sebaik mungkin. Dijadikan sebagai salah satu strategi untuk
menciptakan siswa yang aktif, kreatif, serta kritis sehingga proses belajar
mengajar pun berjalan baik.
3)
Manfaat
bagi siswa
a)
Bagi
siswa, dapat memanfaatkan model pembelajaran ”Snowball Throwing” ini untuk dijadikan alat pendidikan, agar menjadi siswa-siswi yang
aktif, kreatif, serta kritis.
b)
Dapat
meningkatkan Hasil belajar khususnya bidang study Pendidikan Agama Islam.
4)
Manfaat
bagi peneliti
Bagi
peneliti, dapat dijadikan motivasi agar mampu menciptakan, merancang serta
memanfaatkan model pembelajaran yang ada sebagai alat untuk mengembangkan pola
pengetahuan, pemahaman, serta penerapan siswa terhadap bahan ajar.
D. Pengertian Judul dan Definisi
Operasional
1.
Pegertian
Judul
Dalam
penelitian ini digunakan beberapa istilah untuk menghindari kesalahpahaman
dalam menafsirkan kata-kata maka dicantumkan pengertian judul. Untuk pengertian
judul ini penulis memberikan batasan hanya kepada kata-kata yang dianggap belum
jelas dan membutuhkan pemahaman lebih jauh. Adapun kata yang dimaksudkan adalah:
a. Cooperatif Learning
Dalam
penelitian ini Cooperatif Learning yang dimaksud adalah Cooperatif
Learning tipe “Snowball Throwing”.
Cooperatif sendiri artinya bersifat kerjasama, bersedia
membantu[4].
Jadi Cooperatif Learning adalah suatu strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Cooperatif
Learning Snowball
Throwing merupakan suatu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi
pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan saling melempar bola yang berupa
kertas soal.
b. Hasil belajar
Hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Sudjana, “hasil
belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar”. Menurut Bloom dalam
jihad tiga ranah (domain)
hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dapat kita simpulkan
bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap
dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu.
2. Definisi Operasional
Indikator
Cooperatif Learning Tipe Snowball
Throwing adalah Siswa dibagi dalam
beberapa kelompok, , setiap kelompok menuliskan
satu pertanyaan pada kertas kosong , Kertas yang berisi pertanyaan
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok
lain. Setelah siswa dapat satu bola atau
satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis pada kertas di dalam bola kertas tersebut secara bergantian. Dengan
penerapan metode pembelajaran “Snowball Throwing” ini mampu meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini, indikator hasil belajar siswa pada bidang
study PAI adalah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65.
Standar KKM yang digunakan peneliti merupakan standar yang digunakan
oleh guru bidang study PAI di SMK Sawerigading Makassar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan dengan Penelitian
Sebelumnya
Beberapa hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Penelitian PTK oleh Dwiyono Hari
Utomo dengan judul Penerapan pembelajaran kooperatif model make a match
untuk meningkatkan hasil belajar IPS geografi pada kompetensi dasar
mendiskripsikan kondisi geografis dan penduduk siswa kelas VII B. Pada
penelitian tersebut dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS
Geografi setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Make A Match
yang pada tahap pelaksanaannya menggunakan kartu soal bergambar yang sesuai
kondisi nyata di lingkungan kehidupan masyarakat, diskusi kelompok dan
presentasi kelas[5]. Penelitian oleh Dwiyono Hari
Utomo dan penelitian ini memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai peningkatan
hasil belajar siswa dengan menerapkan Cooperarive Learning dan
perbedaannya terletak pada tipe pembelajarannya, penelitian Dwiyanto menerapkan
tipe Make A Match dan penelitian ini menggunakan tipe Snowball
Throwing.
2. Penelitian yang dilakukan oleh widyaningsih
yang melakukan penelitian dengan judul Cooperative
Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi
siswa pada Mata Pelajaran Mate-matika. Penerapan cooperative Learning menurut hasil penelitian Widyaningsih dapat
disimpulkan bahwa Cooperatif Learning dalam
pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika
digunakan dalam periode tertentu[6].
Penelitian yang dilakukan oleh
widyaningsih tersebut, memiliki kesamaan
dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai pembelajaran Cooperative
Learning. Perbedaannya adalah
penelitian widyaningsih meneliti mengenai peningkatan motivasi siswa pada
pelajaran matematika, sementara penelitian ini meneliti mengenai peningkatan
hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Landasan Teori
1. Cooperative Learning
Pembelajaran
kooperatif atau Cooperative Learning secara
etimologi mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih, sedangkan
Cooperative learning dalam artian yang lebih luas memiliki definisi
yang antara lain adalah
“Belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang
bekerja sama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara
individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya
kerjasama antar kelompok. Dengan kata lain anggota kelompok saling tergantung
secara positif”[7].
Cooperative
Learning menciptakan kondisi pembelajaran
yang bersifat gotong royong, saling tolong menolong dan bekerjasama. Hal ini
bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia Islam, karena Islam sendiripun
menganjurkan untuk saling tolong menolong. Allah berfirman dalam surah
at-Taubah ayat 71:
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 . . .
Terjemahnya:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain…
Pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Adapun karakteristik tersebut adalah pembelajaran
secara tim, pembelajaran dengan manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerjasama
dan keterampilan bekerjasama
Selain itu Pembelajaran
kooperatif juga memiliki
prinsip-prinsip, menurut Wina sanjaya pembelajaran koopratif (Cooperative Learning) memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu ”Prinsip
ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interksi tatap muka,
partisipasi dan komunikasi”[8]
Salah satu tipe Cooperative learning adalah tipe Snowball
Throwing. Cooperative Learning Snowball
Throwing merupakan suatu metode pembelajaran menggunakan
tiga penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui
pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang
dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball
throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan tersebut.
Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dilakukan
melalui langkah-langkah :
a.
Siswa
ditugaskan membentuk kelompok, menjadi beberapa kelompok. Masing-masing ketua
kelompok dipanggil untuk menerima penjelasan materi ajar.
b.
Masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi kepada
teman-temannya.
c.
Masing-masing
siswa diberikan satu lembar kertas kerja kosong, setiap kelompok menuliskan
satu pertanyaan mengenai materi ajar.
d.
Kertas yang
berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu
ke siswa kelompok lain.
e.
Setelah siswa
dapat satu bola atau satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas di dalam bola kertas tersebut
secara bergantian.
f.
Pembenaran,
pelurusan jawaban pertanyaan
Keuntungan penerapan Cooperative Learning
Snowball Throwing adalah :
a.
Dapat
mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru sehingga
peserta didik bebas dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
b.
Siswa akan
lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat
dan intelegensia.
c.
Mengembangkan
kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan.
d.
Melatih
kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang
diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
e.
Siswa lebih
memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari.
Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang
secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran,
menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
f.
Melatih siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
g.
Siswa akan
lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah dan Siswa
akan memahami makna tanggung jawab.
h.
Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Kelemahan pembelajaran
dengan metode snowball throwing adalah Terciptanya suasana kelas yang kurang
kondusif apabila guru tidak dapat
mengendalikan situasi kelas.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalamai aktifitas belajar. Benyamin S.Bloom mengusulkan
tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik. Adapun
ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif mencakup kategori
berikut:
1) Pengetahuan (knowledge)
2) Pemahaman (comprehension)
3) Penerapan (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
6) Penilaian (evaluation)
b. Ranah Afektif
Kategori tujuan pemebelajaran afektif adalah sebagai berikut Penerimaan
(receiving), Penanggapan (responding),
Penilaian (valuing), Pengorganisasian (organization), Pembentukan
Pola Hidup (organization by a value complex)
c. Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan keterampilan yakni:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada
gerakan yang tidak sadar) dan Keterampilan pada gerakan-garakan dasar.
2) Kemampuan perceptual, termasuk di
dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
3) Kemampuan di bidang fisik,
misalnya kekuatan dan ketepatan.
4) Gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
5) Kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau
penilaian yang merupakan cara untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik.
Kemajuan hasil belajar peserta didik tidak saja diukur dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian
hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik
siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Hasil belajar
diperoleh masing-masing peserta didik berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor dari dalam
diri peserta didik terutama yang dimilikinya dan faktor dari luar
peserta didik.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari
seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping di ukur dari segi
prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa. Baik
buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa
evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada
proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajar yang diperoleh
siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
C. Kerangka Pikir

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Class Action Research)
yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang
dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Penelitian ini dirancang
menggunakan tiga siklus dengan prosedur: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4)
refleksi (reflecsion) dalam
tiap-tiap siklus yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1

2. Metode Pendekatan
Metode
pendekatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu yang
dijadikan dasar dan pedoman untuk memperoleh, menyusun, dan menganalisis data
yang telah diperoleh dalam proses penelitian di lapangan. Adapun pendekatan ilmu
yang dimaksudkan adalah:
a. Pendekatan Pedagogik
Pendekatan
pendidikan/pedagogik, dimaksudkan untuk memberi pengertian bahwa peserta didik
merupakan “manusia muda” yang memerlukan bimbingan, didikan, keteladanan,
arahan, serta motivasi dari para orang dewasa (guru). Melalui strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru, diharapkan kepada peserta didik,
agar mampu mentransper ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, tetapi juga mampu
membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian siswa sehingga memiliki integriras
diri dalam kehidupannya kelak.
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan
psikologis dimaksudkan untuk mengurai perkembangan psikis
peserta didik pada tingkat usia antara 12-16 tahun yaitu
usia rata-rata siswa tingkat sekolah menengah atas dan yang sederajat.
Kegiatan psikis yang dimaksud
meliputi kegiatan pengamatan, pemikiran, analisis,
tingkat intelegensi, perasaan, emosi, dan motivasi.
B.
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di SMK Sawerigading Makassar. Sekolah ini terletak di jalan Sembilan No 24
Kelurahan Bontoala Kecamatan Bontoala Kota Makassar.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan
objek untuk mendapatkan keterangan penelitian. Populasi adalah keseluruhan
objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala,
nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik
tertentu dalam suatu penelitian.[9]
Adapun populasi dalam penelitian ini ialah
semua stakeholder di SMK Sawerigading Makassar. Data populasi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Jumlah Siswa SMK Sawerigading
Makassar
No
|
Jabatan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Kepala Sekolah
|
1
|
|
2
|
Tenaga Pendidik (Guru)
|
16
|
|
3
|
Tenaga Kependidikan
|
5
|
|
4
|
Peserta Didik
|
107
|
|
Jumlah
|
129
|
Sumber data Kantor Tata Usaha SMK
Sawerigading Makassar
Jadi jumlah populasi keseluruhan adalah 129
Orang.
2.
Sampel
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka penelitian
dilakukan secara sampling, lebih khususnya purposive sampling dalam arti bahwa
penelitian tidaklah dilakukan terhadap seluruh populasi yang ada, melainkan
terhadap sejumlah sampel yang sengaja dipilih untuk mewakili populasi dan
sampel tersebut diyakini mampu memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
Menurut
Mardalis, bahwa sampel itu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian.[10]
Namun berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa: Apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya bila jumlah subyeknya besar , maka dapat diambil antara
10-15% atau 20-25%.[11]
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 yaitu 129, maka
sampel penelitian ini ialah semua peserta didik kelas X dan XI yang beragama Islam. Data
sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Jumlah siswa kelas X dan XI tahun ajaran 2012-2013
No
|
Kelas
|
Jumlah
(Lk)
|
Jumlah
(Pr)
|
Jumlah
Siswa
|
1
|
X
|
36
|
-
|
36
|
2
|
XI
|
34
|
2
|
36
|
Jumlah
|
70
|
2
|
72
|
Sumber data: Kantor Tata Usaha SMK Sawerigading Makassar
Jadi Subyek penelitian yang terpilih adalah
kelas X dan XI dengan jumlah siswa
sebanyak 72 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Suharsimi
Arikunto mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara–cara yang dapat
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis,
sehingga lebih mudah diolah.[12]
Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh
peneliti melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan Tes Evaluasi.
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi
yaitu pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan. Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok
adalah panca indera, terutama indera penglihatan.
Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap subjek, yaitu
mengamati terutama keaktifan dan perubahan yang dialami peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh
guru PAI/ guru kolaborator.
2. Wawancara
Peneliti
mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang
diperlukan[13]. Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru
serta informan lain untuk menggali data tentang proses pembelajaran PAI dan Cooperative
Learning Snowball Throwing yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya
untuk membedakan fakta dan opini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari hasil
observasi/pengamatan, hasil penilaian tes, hasil foto/rekaman video yang yang
diperoleh selama penelitian berlangsung.
4. Tes Evaluasi
Tes merupakan
pengumpul informasi. Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat untuk
memperoleh data hasil belajar peserta didik pada setiap akhir siklusnya.
Melalui tes tersebut diharapkan dapat mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik sebelum dan sesudah diberi tindakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran Snowball Throwing.
E. Teknik Analisis Data.
Analisis
data yang digunakan peneliti adalah metode analisis data menurut Miles dan Hubberman yaitu Display Data, verifikasi
data dan penarikan kesimpulan[14]. Visualisasi analisis data dapat
dilihat pada bagan berikut:
Gambar 2

1. Mereduksi Data.
Pada tahapan ini, data yang telah dipeoleh di
lapangan dikumpulkan kemudian dicermati secara seksama, diedit, dan dilakukan
pemilahan terhadap data yang diperlukan dan data yang tidak diperlukan. Data
yang terkait dan relevan dengan kebutuhan penelitian, diklasifikasikan kemudian
dilakukan pengkodean sesuai dengan tujuan penelitian. Secara rinci, reduksi
data yang dilakukan dalam tahapan ini adalah proses pemilahan, pemusatan
perhatian untuk menyederhanakan, mengabtrakkan serta mentransformasikan data
kasar yang diperoleh di lapangan.
2. Mengorganisasikan/mendisplaykan Data.
Pada tahapan ini, data yang telah diedit,
kemudian diorganisir secara keseluruhan. Data yang sifatnya kuantuitatif
disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data yang sifatnya kulaitatif disajikan
dalam bentuk naratif deskriptif. hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan dan
memudahkan kerja selanjutnya. Pada data kuantitatif diolah menggunakan tabulasi prosentase dan
rata-rata dengan rumus:
P =
X 100 %

Keterangan:
f :
Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
N : Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya
individu).
P :
Angka persentase.[15]
3. Memverifikasi Data.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data-data yang telah direduksi, dicermati, diedit, serta
data yang telah diorganisasikan. Hal ini dilakukan untuk mengecek ulang
keabsahan dan validitas data tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan.
Dalam menarik kesimpulan terhadap data yang
telah ditemukan dan diolah secara cermat dan sistematis, peneliti menggunakan
analisis induktif.
F. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui
ketercapaian tujuan penelitian di atas, dapat dilihat dari indikator
keberhasilan penelitian berikut ini:
Tabel 3
Indikator
Keberhasilan
Aspek yang Diukur
|
Persentase Target Capaian
Siklus III
|
Cara Mengukur
|
Keaktifan siswa selama apersepsi
|
85%
|
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah
siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pembelajaran.
|
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
|
85%
|
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah
siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pembelajaran.
|
Kerja sama siswa dalam kelompok
|
85%
|
Diamati saat pembelajaran
eksperimen secara kelompok dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti.
|
Ketuntasan hasil belajar
|
85%
|
Dihitung dari jumlah
siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas berdasarkan tes yang dilakukan oleh
guru.
|
G.
Waktu Penelitian
Penelitian dan
penyusunan direncanakan selama 2 (dua) bulan dimulai pada akhir bulan September 2013 sampai dengan akhir
bulan November 2013. Adapun jadwal penelitian lebih rinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
No
|
Rencana Kegiatan
|
Waktu minggu ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Perencanaan
|
||||||||
Menyusun konsep pelaksanaan
|
|||||||||
Menyepakati jadwal dan tugas
|
|||||||||
Menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
|
|||||||||
Menyusun angket, lembar observasi dan wawancara
|
|||||||||
Menyiapkan test evaluasi, kartu indeks, alat
pembelajaran (spidol, camera, pulpen, dll)
|
|||||||||
2
|
Pelaksanaan
|
||||||||
Melakukan Tindakan Siklus I
|
|||||||||
Melakukan Tindakan siklus I
|
|||||||||
Melakukan Tindakan siklus II
|
|||||||||
3
|
Penyusunan Laporan
|
||||||||
Mengumpulkan data mengenai sekolah SMK Sawerigading
Makassar
|
|||||||||
Menyusun konsep laporan
|
|||||||||
Konsultasi hasil penelitian
|
|||||||||
Perbaikan Laporan
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, Manajemen Penelitian,
(Cet.IV;Jakarta: Rineka Cipta,1998), h. 125
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa , (Edisi
ke-4, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2008)
Hari utomo,
Dwiyono, skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Mmodel Make a Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan
Kondisi Geografis dan Penduduk Siswa Kelas VII b. Universitas Negeri
Malang, 2011.
Komalasari,
Kokom, Pembelajaran Kontekstual, (Cet.
I; Bandung: PT Refika Aditama: 2010)
Mardalis, Metode Penelitian (Cet.X;Jakarta: Bumi
Aksara,2008)
Miles, M. B
dan Hubberman AM, An Expenden Source Book, Qualitative Data Analiysis. (London:
Sage Publication, 1984)
Mustamin, at.al., Strategi Pembelajaran, (Ed.
I; Surabaya: PT Revka Petra Media: 2009)
Subana,
Moersetyo Rahadi, Sudrajat,Statistik
Pendidikan, (Cet.I;Bandung: Pustaka Setia, 2005)
Sukmadinata,
Nana syaodah, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2005).
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional ,(Bandung
: Fokus Media 2006)
Usman, Moh.
Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Cet.11;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2001)
Yunita, Nursaadah,
(2008), pengaruh penerapan Make a Match terhadap
hasil belajar siswa, http:// S_A0551_NUR'SAADAH_Yunita_Chapter1, Diakses pada tanggal 29 Januari 2013.
[1] Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional ,(Bandung :
Fokus Media 2006) h . 2
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.11;
Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2001), h. 9
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Cet. I;
Bandung: PT Refika Aditama: 2010), h.62
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa , (Edisi ke-IV, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama,2008), h.731
[6] Nursaadah yunita, (2008), pengaruh
penerapan Make a Match terhadap hasil
belajar siswa, http:// S_A0551_NUR'SAADAH_Yunita_Chapter1, Diakses pada tanggal 29 Januari 2012.
[7] Mustamin, at.al., Strategi Pembelajaran, (Ed.
I; Surabaya: PT Revka Petra Media: 2009), h. 8.9
[8] Ibid, h.8
[9] Subana, Moersetyo Rahadi,
Sudrajat,Statistik Pendidikan,
(Cet.I;Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
[10] Mardalis, Metode Penelitian (Cet.X;Jakarta: Bumi
Aksara,2008), h. 55
[11] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka
Cipta,1998), h. 125
[13] Nana syaodah sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005). h.152
[14] Miles, M. B dan Hubberman
AM, An Expenden Source Book, Qualitative Data Analiysis. (London: Sage
Publication, 1984), h.20
[15] Anas Sudijono, Statistik Pendidikan,(Cet.I;Jakarta:
Rajawali Pers, 2009),h.43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar