Selasa, 20 September 2016

MENUTUP AURAT



KELEBIHAN MENUTUP AURAT
SALAM..
siapa kata menutup aurat ni xde kelebihan...setiap yg peraturan yang diaturkan oleh Allah memiliki kelebihannya tersendiri..termasuklah dalam bab menutup aurat dengan sempurna...saya ulang MENUTUP AURAT DENGAN SEMPURNA..antara kelebihan menutup aurat adalah :


1. Selamat dari azab Allah s.w.t (azab neraka)

“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok lelaki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau syurga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebahagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya dan inginkan perhatian di khalayak ramai…


2. Terhindar dari masalah MAKSIAT

Banyaknya maksiat terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Kerana wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad s.a.w, “Sepeninggalanku nanti,tidak akan wujud fitnah yang lebih berbahaya bagi lelaki daripada wanita.” (HR. Bukhari) 

 Jikalau wanita pada zaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi lelaki padahal wanita pada zaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada zaman sekarang??? Tentunya akan menjadi target masalah ini. Hal ini telah terbukti dengan tingginya masalah  di negara-negara Eropah (wanitanya tidak berjilbab).Sudahkah anda lupa,Amerika Syarikat misalnya,setiap hari,terlalu banyak kes-kes jenayah sehingga akhbar tempatan Negara tersebut sudah bosan menulis berita perkara yang sama,tetapi nama penjenayah yang berbeza setiap hari. 


3. Memelihara kecemburuan lelaki
 
 Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah s.w.t tanamkan kepada hati lelaki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam. 

 “Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim) 

Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu lelaki akan hilang. Sehingga jika terjadi masalah maksiat tidak ada yang akan membela wanita yang TIDAK BERJILBAB SEPENUHNYA.Perlukah saya buktikan???Buktinya,lihatlah pada artis-artis yang anda puja selama ini,mereka sering menghadapi konflik rumah tangga kan???kerana mereka suka mendedahkan diri di khalayak ramai dan suka menayangkan bentuk tubuh mereka.Seksilah kononnya...INGATLAH!!!Hari ini anda SEKSI(tidak menutup sepenuhnya bentuk tubuh anda),tetapi pada hari perhitungan anda bakal menerima SEKSANYA..... 


4. Wanita BERJILBAB umpama biadadari syurga

 “Dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya(masih suci dan kekal dara).” (QS. Ar-Rahman: 56) 
 “Mereka laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58) 
 “Mereka laksan telur yang tersimpan rapi(tidak pernah diganggu oleh sesiapa pun).” (QS. Ash-Shaffaat: 49)

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari syurga iaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang sentiasa di rumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari syurga...Anda tidak mahu ini semua??kerana apa???

5. Mencegah penyakit kanser kulit

Kanser adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebahagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanser kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran cahaya, zat-zat kimia, dan sebagainya.

Penelitian kajian menunjukkan kanser kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanser ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.Wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh  itu, wanita lebih mudah terserang penyakit khususnya kanser kulit.

Disebabkan itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanser kulit adalah dengan menutup kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV boleh menembus pakaian yang ketat apatah lagi pakaian yang jarang. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab iaitu pakaian yang tebal dan menutup seluruh bentuk tubuh anda.

6. Melambatkan gejala penuaan

Penuaan adalah proses semula jadi yang sudah pasti dialami oleh semua orang iaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin D yang berperanan penting terhadap kesihatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahawa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rosaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperanan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah.Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata bukan sekadar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab bukan hanya sekadar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindung dari penyakit kanser dan proses penuaan.
Perhatikan ayat ini betul-betul….

Ternyata jilbab bukan sekadar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.Jilbab bukan hanya sekadar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindung dari penyakit kanser dan proses penuaan.Demikianlah Allah memberi kasih sayangnya

"Snowball Throwing"



I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk insan yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani rohani.
Pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia cerdas dalam berbagai aspek baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia, yang nantinya diharapkan mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yang  disebutkan bahwasanya :
Pendidikan adalah usaha sadar dan  terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[1]

           
            Sistem pendidikan nasional  menghendaki agar peserta didik  dapat aktif dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi dirinya,  tentu tidak dapat diwujudkan apabila dalam pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih menggunakan pendekatan lama (pendekatan konvensional).  Oleh karena itu, pendekatan lama harus ditinggalkan, dan diganti dengan pendekatan baru yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.  Untuk mencapai tujuan tersebut, Paradigma pembelajaran harus diubah dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Peranan guru dalam  proses pembelajaran juga harus diubah dari pengajar menjadi mediator, motivator, konselor, pembimbing,fasilitator, dan evaluator[2].
Dalam pembelajaran untuk mencapai kualitas pengajaran yang bermutu, mata pelajaran harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi yang tepat pula. Dalam hal ini, pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran maupun untuk pengembangannya.
Mengingat bahwa semua metode yang ada mempunyai keunggulan dan kekurangan untuk diterapkan. Maka pemilihan Metode yang paling tepat dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, dengan metode pembelajaran  yang ada pada penerapanya di kelas siswa dapat belajar secara individual maupun belajar bersama secara bersama-sama dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa dapat aktiv, kreatif dan berinovatif.
Salah satu metode belajar yang dapat menunjang kondisi tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Bern dan Erickson mengemukakan bahwa
“Pembelajaran cooperative learning  merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok  kecil dimana siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran, pada sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”[3].

Pada pembelajaran kooperatif ini pengajaran pada prosesnya memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur dan pada sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Salah satu tipe pembelajaran cooperative learning adalah tipe "Snowball Throwing". Pembelajaran "Snowball Throwing" merupakan salah satu metode pembelajaran untuk penyampaian informasi, sehingga siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif serta kritis.
SMA Negeri 01 Makassar  merupakan sekolah yang dijadikan peneliti sebagai lokasi penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi terlebih dahulu. Observasi pertama kali dilakukan melalui pengamatan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui observasi diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 01 Makassar  masih terdapat beberapa permasalahan yaitu pemilihan metode yang kurang bervariasi, pembelajaran di kelas belum sepenuhnya melibatkan siswa, sebagian besar kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa cenderung melakukan aktivitas diluar kegiatan pembelajaran, bahkan ada siswa yang hanya duduk diam dengan keadaan mengantuk. Masalah tersebut menghambat proses pembelajaran yang berlangsung tentunya akan berimplikasi pada Hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti dan guru bidang studi sepakat untuk mencoba metode baru yang dapat menarik siswa dan mampu meningkatkan keaktifan siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat pula. Solusi yang dipilih yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe “Snowballl Throwing”.
Adanya permasalahan yang di hadapi siswa dan adanya keinginan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta keinginan peneliti untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran "Snowball Throwing" terhadap siswa SMA Negeri 01 Makassar  dimulailah penelitian dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Cooperatif Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Bidang Study Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 01 Makassar ".

B.     Rumusan Masalah
Berangkat dari latarbelakang dan batasan masalah di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah yang terkait dengan penelitian ini. Yakni :
1.      Bagaimana gambaran model pembelajaran Cooperative Learning  Tipe "Snowball Throwing "  di SMK Sawerigading Makassar?
2.      Bagaimana hasil penerapan  model pembelajaran Cooperative Learning  Tipe "Snowball Throwing " dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang study Pendidikan Agama Islam di SMK Sawerigading  Makassar?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menyangkut tujuan dan kegunaan penelitian ini penulis dapat membagi dan menguraikannya sebagai berikut:
1.      Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengkaji gambaran model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe "Snowball Throwing "  di SMK Sawerigading Makassar.
b.      Untuk mengkaji hasil penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning  Tipe "Snowball Throwing " dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang study Pendidikan Agama Islam di SMK Sawerigading .
2.      Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan/ manfaat dari penelitian ini adalah:
a.       Manfaat Ilmiah
1)      Menambah Informasi bagi penyelenggaraan pendidikan dan dapat berguna bagi kelancaran proses belajar mengajar.
2)      Sebagai salah satu bahan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Manajemen Pendidikan Islam.
b.      Manfaat Praktis
1)      Manfaat bagi sekolah yaitu Meningkatnya prestasi sekolah dan Meningkatnya kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran.
2)      Manfaat bagi guru
Bagi guru, dapat memanfaatkan model pembelajaran ”Snowball Throwing” ini dengan sebaik mungkin. Dijadikan sebagai salah satu strategi untuk menciptakan siswa yang aktif, kreatif, serta kritis sehingga proses belajar mengajar pun berjalan baik.
3)      Manfaat bagi siswa
a)         Bagi siswa, dapat memanfaatkan model pembelajaran ”Snowball Throwing” ini untuk dijadikan alat pendidikan, agar menjadi siswa-siswi yang aktif, kreatif, serta kritis.
b)         Dapat meningkatkan Hasil belajar khususnya bidang study Pendidikan Agama Islam.
4)      Manfaat bagi peneliti
Bagi peneliti, dapat dijadikan motivasi agar mampu menciptakan, merancang serta memanfaatkan model pembelajaran yang ada sebagai alat untuk mengembangkan pola pengetahuan, pemahaman, serta penerapan siswa terhadap bahan ajar.

D.       Pengertian Judul dan Definisi Operasional
1.        Pegertian Judul
            Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan kata-kata maka dicantumkan pengertian judul. Untuk pengertian judul ini penulis memberikan batasan hanya kepada kata-kata yang dianggap belum jelas dan membutuhkan pemahaman lebih jauh. Adapun kata yang dimaksudkan adalah:
a.    Cooperatif Learning
Dalam penelitian ini Cooperatif Learning yang dimaksud adalah Cooperatif Learning tipe “Snowball Throwing”.
Cooperatif  sendiri artinya bersifat kerjasama, bersedia membantu[4]. Jadi Cooperatif Learning adalah suatu strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Cooperatif Learning  Snowball Throwing  merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan saling melempar bola yang berupa kertas soal.
b.      Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Sudjana, “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar”.  Menurut Bloom dalam jihad  tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

2.      Definisi Operasional
            Indikator Cooperatif Learning  Tipe Snowball Throwing adalah  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, , setiap kelompok menuliskan  satu pertanyaan pada kertas kosong , Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok lain.  Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas di dalam bola kertas tersebut secara bergantian. Dengan penerapan metode pembelajaran “Snowball Throwing” ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini,  indikator hasil belajar siswa pada bidang study PAI adalah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni  65.   Standar KKM yang digunakan peneliti merupakan standar yang digunakan oleh guru bidang study PAI di SMK Sawerigading Makassar.


















II.    TINJAUAN PUSTAKA

A.    Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
1.      Penelitian PTK oleh Dwiyono Hari Utomo dengan judul Penerapan pembelajaran kooperatif model make a match untuk meningkatkan hasil belajar IPS geografi pada kompetensi dasar mendiskripsikan kondisi geografis dan penduduk siswa kelas VII B. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS Geografi setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Make A Match yang pada tahap pelaksanaannya menggunakan kartu soal bergambar yang sesuai kondisi nyata di lingkungan kehidupan masyarakat, diskusi kelompok dan presentasi kelas[5]. Penelitian oleh Dwiyono Hari Utomo dan  penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan Cooperarive Learning dan perbedaannya terletak pada tipe pembelajarannya, penelitian Dwiyanto menerapkan tipe Make A Match dan penelitian ini menggunakan tipe Snowball Throwing.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh widyaningsih yang melakukan penelitian dengan judul Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi siswa pada Mata Pelajaran Mate-matika. Penerapan cooperative Learning menurut hasil penelitian Widyaningsih dapat disimpulkan bahwa Cooperatif Learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam periode tertentu[6].   Penelitian yang dilakukan oleh widyaningsih tersebut,  memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai pembelajaran Cooperative Learning.  Perbedaannya adalah penelitian widyaningsih meneliti mengenai peningkatan motivasi siswa pada pelajaran matematika, sementara penelitian ini meneliti mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B.     Landasan Teori
1.      Cooperative Learning
            Pembelajaran kooperatif atau  Cooperative Learning secara etimologi mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih, sedangkan Cooperative learning  dalam artian yang lebih luas memiliki definisi yang antara lain adalah
“Belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja sama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok. Dengan kata lain anggota kelompok saling tergantung secara positif”[7].
Cooperative Learning menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat gotong royong, saling tolong menolong dan bekerjasama. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia Islam, karena Islam sendiripun menganjurkan untuk saling tolong menolong. Allah berfirman dalam surah at-Taubah ayat 71:

tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 . . .    
Terjemahnya:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain…

Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain.  Adapun karakteristik tersebut adalah pembelajaran secara tim, pembelajaran dengan manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerjasama dan  keterampilan bekerjasama
Selain itu Pembelajaran kooperatif  juga memiliki prinsip-prinsip, menurut Wina sanjaya pembelajaran koopratif (Cooperative Learning)  memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu ”Prinsip ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi”[8]
Salah satu tipe  Cooperative learning adalah tipe Snowball Throwing.  Cooperative Learning Snowball Throwing merupakan suatu metode pembelajaran menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.
Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dilakukan melalui langkah-langkah :
a.             Siswa ditugaskan membentuk kelompok, menjadi beberapa kelompok. Masing-masing ketua kelompok dipanggil untuk menerima penjelasan materi ajar.
b.            Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi kepada teman-temannya.
c.             Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja kosong, setiap kelompok menuliskan satu pertanyaan mengenai materi ajar.
d.            Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok lain.
e.             Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas di dalam bola kertas tersebut secara bergantian.
f.             Pembenaran, pelurusan jawaban pertanyaan
Keuntungan penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing adalah :
a.             Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru sehingga peserta didik bebas dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
b.            Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
c.             Mengembangkan kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan.
d.            Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
e.             Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
f.             Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
g.            Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah dan Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
h.            Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Kelemahan pembelajaran dengan metode snowball throwing  adalah Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif apabila guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas.
2.      Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalamai aktifitas belajar. Benyamin S.Bloom mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.  Adapun ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Ranah kognitif
Ranah kognitif mencakup kategori berikut:
1)      Pengetahuan (knowledge)
2)      Pemahaman (comprehension)
3)      Penerapan (application)
4)      Analisis (analysis)
5)      Sintesis (synthesis)
6)      Penilaian (evaluation)
b.      Ranah Afektif
  Kategori tujuan pemebelajaran afektif adalah sebagai berikut Penerimaan (receiving),  Penanggapan (responding), Penilaian (valuing), Pengorganisasian (organization), Pembentukan Pola Hidup (organization by a value complex)
c.       Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yakni:
1)      Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) dan Keterampilan pada gerakan-garakan dasar.
2)      Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
3)      Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan dan ketepatan.
4)      Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
5)      Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan cara untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik. Kemajuan hasil belajar peserta didik tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Hasil belajar diperoleh masing-masing peserta didik berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu  faktor dari dalam diri peserta didik terutama yang dimilikinya dan faktor dari luar peserta didik.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping di ukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

C.    Kerangka Pikir

















III.       METODE PENELITIAN
                              
A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Penelitian ini dirancang menggunakan tiga siklus dengan prosedur: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflecsion)  dalam tiap-tiap siklus yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1
Diagram Teknik Analisis Data Model Interaktif










2.      Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu yang dijadikan dasar dan pedoman untuk memperoleh, menyusun, dan menganalisis data yang telah diperoleh dalam proses penelitian di lapangan. Adapun pendekatan ilmu yang dimaksudkan adalah:
a.       Pendekatan Pedagogik
Pendekatan pendidikan/pedagogik, dimaksudkan untuk memberi pengertian bahwa peserta didik merupakan “manusia muda” yang memerlukan bimbingan, didikan, keteladanan, arahan, serta motivasi dari para orang dewasa (guru). Melalui strategi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru, diharapkan kepada peserta didik, agar mampu mentransper ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, tetapi juga mampu membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian siswa sehingga memiliki integriras diri dalam kehidupannya kelak.
b.      Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis dimaksudkan untuk mengurai perkembangan psikis
peserta didik pada tingkat usia antara 12-16 tahun yaitu usia rata-rata siswa tingkat sekolah menengah atas dan yang sederajat. Kegiatan psikis yang dimaksud
meliputi kegiatan pengamatan, pemikiran, analisis, tingkat intelegensi, perasaan, emosi, dan motivasi.



B.     Lokasi  Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Sawerigading Makassar. Sekolah ini terletak di jalan Sembilan No 24 Kelurahan Bontoala Kecamatan Bontoala Kota Makassar.
C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek untuk mendapatkan keterangan penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.[9]
Adapun populasi dalam penelitian ini ialah semua stakeholder di SMK Sawerigading Makassar. Data populasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Jumlah Siswa SMK Sawerigading Makassar
No
Jabatan
Jumlah
Keterangan
1
Kepala Sekolah
1

2
Tenaga Pendidik (Guru)
16

3
Tenaga Kependidikan
5

4
Peserta Didik
107

Jumlah
129

Sumber data Kantor Tata Usaha SMK Sawerigading Makassar
Jadi jumlah populasi keseluruhan adalah 129 Orang.



2.      Sampel
Untuk memudahkan  pelaksanaan penelitian, maka penelitian dilakukan secara sampling, lebih khususnya purposive sampling dalam arti bahwa penelitian tidaklah dilakukan terhadap seluruh populasi yang ada, melainkan terhadap sejumlah sampel yang sengaja dipilih untuk mewakili populasi dan sampel tersebut diyakini mampu memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
            Menurut Mardalis, bahwa sampel itu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.[10] Namun berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa: Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya bila jumlah subyeknya besar , maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.[11] Karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 yaitu 129, maka sampel penelitian ini ialah semua peserta didik  kelas X dan XI yang beragama Islam. Data sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Jumlah siswa kelas X dan XI  tahun ajaran 2012-2013
No
Kelas
Jumlah
(Lk)
Jumlah
(Pr)
Jumlah
Siswa
1
X
36
-
36
2
XI
34
2
36
Jumlah
70
2
72
Sumber data: Kantor Tata Usaha SMK Sawerigading Makassar
Jadi Subyek penelitian yang terpilih adalah kelas X dan XI  dengan jumlah siswa  sebanyak 72  orang.
D.    Teknik  Pengumpulan Data
            Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara–cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.[12]
Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan Tes Evaluasi.
1.      Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok adalah panca indera, terutama indera penglihatan.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap subjek, yaitu mengamati terutama keaktifan dan perubahan yang dialami peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh guru PAI/ guru kolaborator.
2.      Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan[13]. Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru serta informan lain untuk menggali data tentang proses pembelajaran PAI dan Cooperative Learning Snowball Throwing yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk membedakan fakta dan opini.

3.      Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari hasil observasi/pengamatan, hasil penilaian tes, hasil foto/rekaman video yang yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
4.      Tes Evaluasi
Tes merupakan pengumpul informasi. Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik pada setiap akhir siklusnya. Melalui tes tersebut diharapkan dapat mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah diberi tindakan pembelajaran dengan metode pembelajaran Snowball Throwing.

E.     Teknik Analisis Data.
            Analisis data yang digunakan peneliti adalah metode analisis data menurut  Miles dan Hubberman yaitu Display Data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan[14]. Visualisasi analisis data dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2
Diagram Teknik Analisis Data Model Interaktif






1.      Mereduksi Data.
Pada tahapan ini, data yang telah dipeoleh di lapangan dikumpulkan kemudian dicermati secara seksama, diedit, dan dilakukan pemilahan terhadap data yang diperlukan dan data yang tidak diperlukan. Data yang terkait dan relevan dengan kebutuhan penelitian, diklasifikasikan kemudian dilakukan pengkodean sesuai dengan tujuan penelitian. Secara rinci, reduksi data yang dilakukan dalam tahapan ini adalah proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan, mengabtrakkan serta mentransformasikan data kasar yang diperoleh di lapangan.
2.      Mengorganisasikan/mendisplaykan Data.
Pada tahapan ini, data yang telah diedit, kemudian diorganisir secara keseluruhan. Data yang sifatnya kuantuitatif disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data yang sifatnya kulaitatif disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan dan memudahkan kerja selanjutnya. Pada data kuantitatif  diolah menggunakan tabulasi prosentase dan rata-rata dengan rumus:   
                                                                         P = X 100 %                       
      Keterangan:                                           
  f  :  Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
    N  :  Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).
  P  :  Angka persentase.[15]


3.      Memverifikasi Data.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan pemeriksaan kembali data-data yang telah direduksi, dicermati, diedit, serta data yang telah diorganisasikan. Hal ini dilakukan untuk mengecek ulang keabsahan dan validitas data tersebut.
4.      Penarikan Kesimpulan.
Dalam menarik kesimpulan terhadap data yang telah ditemukan dan diolah secara cermat dan sistematis, peneliti menggunakan analisis induktif.

F.      Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan penelitian di atas, dapat dilihat dari indikator keberhasilan penelitian berikut ini:
Tabel 3
Indikator Keberhasilan
Aspek yang Diukur
Persentase Target Capaian Siklus III
Cara Mengukur

Keaktifan siswa selama apersepsi
85%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
85%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pembelajaran.
Kerja sama siswa dalam kelompok
85%
Diamati saat pembelajaran eksperimen secara kelompok dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti.
Ketuntasan hasil belajar
85%
Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas berdasarkan tes yang dilakukan oleh guru.

G.    Waktu Penelitian
Penelitian dan penyusunan direncanakan selama 2 (dua) bulan dimulai pada akhir  bulan September 2013 sampai dengan akhir bulan November 2013. Adapun jadwal penelitian lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
No
Rencana Kegiatan
Waktu minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Perencanaan









Menyusun konsep pelaksanaan








Menyepakati jadwal dan tugas








Menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)








Menyusun angket, lembar observasi dan wawancara








Menyiapkan test evaluasi, kartu indeks, alat pembelajaran (spidol, camera, pulpen, dll)








2
Pelaksanaan









Melakukan Tindakan Siklus I








Melakukan Tindakan siklus I








Melakukan Tindakan siklus II








3
Penyusunan Laporan









Mengumpulkan data mengenai sekolah SMK Sawerigading Makassar








Menyusun konsep laporan








Konsultasi hasil penelitian








Perbaikan Laporan










DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, (Cet.IV;Jakarta: Rineka Cipta,1998), h. 125
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa , (Edisi ke-4, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2008)
Hari utomo, Dwiyono, skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Mmodel Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Kondisi Geografis dan Penduduk Siswa Kelas VII b. Universitas Negeri Malang, 2011.
Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama: 2010)
Mardalis, Metode Penelitian (Cet.X;Jakarta: Bumi Aksara,2008)
Miles, M. B dan Hubberman AM, An Expenden Source Book, Qualitative Data Analiysis. (London: Sage Publication, 1984)
Mustamin, at.al., Strategi Pembelajaran,  (Ed. I; Surabaya: PT Revka Petra Media: 2009)
Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat,Statistik Pendidikan, (Cet.I;Bandung: Pustaka Setia, 2005)
Sukmadinata, Nana syaodah, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005).
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional ,(Bandung : Fokus Media 2006)
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Cet.11; Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2001)
Yunita, Nursaadah, (2008), pengaruh penerapan Make a Match terhadap hasil belajar siswa, http:// S_A0551_NUR'SAADAH_Yunita_Chapter1, Diakses pada tanggal  29 Januari 2013.




[1] Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional ,(Bandung : Fokus Media 2006) h . 2
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.11; Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2001), h. 9
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama: 2010), h.62
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa , (Edisi ke-IV, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2008),  h.731
                [5]Dwiyono hari utomo, skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Kondisi Geografis dan Penduduk Siswa Kelas VII b. Universitas Negeri Malang, 2011.
[6] Nursaadah yunita, (2008), pengaruh penerapan Make a Match terhadap hasil belajar siswa, http:// S_A0551_NUR'SAADAH_Yunita_Chapter1, Diakses pada tanggal  29 Januari 2012.
[7] Mustamin, at.al., Strategi Pembelajaran,  (Ed. I; Surabaya: PT Revka Petra Media: 2009), h. 8.9
[8] Ibid, h.8
[9] Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat,Statistik Pendidikan, (Cet.I;Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
[10] Mardalis, Metode Penelitian (Cet.X;Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 55
[11] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), h. 125
                [12] Ibid. h.134
[13] Nana syaodah sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005). h.152
[14] Miles, M. B dan Hubberman AM, An Expenden Source Book, Qualitative Data Analiysis. (London: Sage Publication, 1984), h.20
[15] Anas Sudijono, Statistik Pendidikan,(Cet.I;Jakarta: Rajawali Pers, 2009),h.43